Komunikasi secara Umum
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
Komunikasi menurut para ahli
1.
Himstreet & Baty
Komunikasi adalah suatu proses penukaran informasi antar individu melalui
suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal,
maupun perilaku atau tindakan.
2.
The Odorson & The Dorson
Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebgai sikap atau emosi
dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
3.
Charles H. Cooley
Komunikasi berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan
dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan
menyimpan dalam waktu.
2.2
Unsur-Unsur
Komunikasi
1.
Komunikator / Pengirim / Sender
Merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan.
Komunikator bisa tunggal, kelompok atau organisasi pengirim berita. Komunikator
bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas, memilih media yang
cocok untuk menyampaikan pesan tersebut, dan meminta kejelasan pesan telah
diterima dengan baik. Untuk itu, seorang komunikator dalam menyampaikan pesan
atau informasi harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi, apa yang
akan dia sampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
2.
Komunikan / Penerima / Receiver
Merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator.
Dalam proses komunikasi, penerima pesan bertanggung jawab untuk dapat mengerti
isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar. Penerima pesan juga memberikan
umpan balik kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa pesan telah diterima
dan dimengerti secara sempurna.
3.
Saluran / Media / Channel
Merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator
kepada komunikasi dan sebaliknya. Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan,
tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim
melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon, televisi, fax, photo
copy, email, sandi morse, smartphone,
sms, dan sebagainya. Pemilihan channel dalam proses komunikasi
tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan (Wursanto, 1994).
Tahap-Tahap
Berkomunikasi
1.
Tahap Ideasi
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses pencipataan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
2.
Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan
atau informasi disusun dalam serangkain bentuk simbol atau sandi yang dirancang
untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan media
komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk kata-kata
(lisan maupun tertulis), gambar (poster atau grafik), atau tindakan.
3.
Tahap Pengiriman
Tahap
pengiriman (transmitting) adalah gagasan atau pesan-pesan yang telah disimbolkan atau
disandikan (encoded) melalui saluran
dan media komunikasi yang tersedia dalam organisasi. Pengiriman pesan dapat
dilakukan dengan berbicara,
menulis, menggambar, dan bertindak. Saluran
yang dilalui pesan-pesan disebut media komunikasi. saluran dan media
komunikasinya dapat berbentuk lisan (telepon,
temu-muka langsung) atau tertulis (papan pengumuman, poster dan buku pedoman), mengalir kebawah (memo
dan instruksi tertulis), keatas (kotak
saran, grievance
prosedure, laporan prestasi kerja), atau ke samping (panitia, pertemuan antar departemen), formal (diskripsi
jabatan dan prosedur kerja, konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria perusahaan), dan aliran satu arah (laporan tahunan yang dipublikasikan) atau dua arah
(konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
4. Tahap Penerimaan.
Setelah
pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh komunikan.
Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca,
atau mengamati tergantung
pada saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya. Jika informasi atau
pesan berbentuk komunikasi lisan, maka seringkali kegagalan dalam mendengarkan
dan berkonsentrasi mengakibatkan hilangnya pesan-pesan tersebut.
5. Tahap Encoding
Tahap
encoding adalah di mana pesan-pesan yang diterima
diinterprestaikan, dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak
langsung melalui suatu proses berpikir. Pikiran manusia, sistem memori mekanis,
instink binatang, dan proses berpikir lainnya berfungsi sebagai mekanisme decoding. Dalam tahap decoding ini dapat terjadi
ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap gagasan atau idea yang di”encoding” oleh
komunikator dikarenakan adanya hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan persepsi komunikan dalam hal arti
kata atau semantik.
6.
Tahap Tindakan
Tindakan
yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap pesan-pesan yang
diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi. Dalam tahap
ini, respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi, meminta
informasi tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap pesan
yang dikirimkan komunikator menghasilkan respon tindakan seperti apa yang
diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam Organisasi
Istilah “komunikasi” ini berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “communis” yang berarti
“sama” (common). Jika kita akan
mengkomunikasikan suatu idea atau gagasan, maka kita harus menetapkan terlebih
dahulu suatu dasar titik-temu
yang sama untuk
mencapai suatu pemahaman atau pengertian. Komunikasi juga sebagai suatu tindakan mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan suatu idea
dalam suatu cara yang diinginkan oleh pembicara atau penulis.
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas
tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya
organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus
pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama
lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
Fungsi Komunikasi dalam
Organisasi
2.6.1
Organisasi menurut para ahli
1. Sendjaja
a. Fungsi
Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b. Fungsi
Regulatif
Fungsi
ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
1. Berkaitan dengan orang-orang
yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah
atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
2. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan
regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
c. Fungsi
Persuasif
Dalam
mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan
yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi
Integratif
Setiap
organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi
formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter,
buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal
seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga ataupun kegiatan darmawisata.
2.
Scott dan T.R. Mitchell
a.
Kendali, control, pengawasan.
b.
Motivasi.
c.
Pengungkapan emosional.
d.
Informasi.
3.
Thayer
a.
Memberi informasi.
b.
Membujuk.
c.
Memerintah.
d.
Memberi instruksi.
e.
Mengintegrasikan organisasi.
Proses Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi Internal
Proses komunikasi di antara
para pengurus dan anggota dalam ruang lingkup suatu organisasi, dalam struktur
lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal,
sehingga kerja organisasi dapat berjalan. Komunikasi internal terdiri atas
empat bagian, yaitu :
1. Downward
Communication (komunikasi dari atas ke bawah) :
Komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajer atau supervisor mengirimkan
pesan kepada bawahannya.
Fungsi
komunikasi dari atas ke bawah antara lain :
a. Pemberian
atau penyimpanan instruksi kerja.
b.
Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa
suatu tugas perlu untuk dilaksanakan.
c. Penyampaian
informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku.
d. Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Metode
komunikasi dari atas ke bawah antara lain :
a. Metode
tulisan.
b. Metode
lisan.
c. Metode
tulisan diikuti lisan.
d. Metode
lisan diikuti tulisan.
2. Upward
Communication (komunikasi dari bawah ke atas) :
Komunikasi
yang terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi
komunikasi dari bawah ke atas antara lain :
a. Penyampaian
informai tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.
b. Penyampaian
informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan.
c. Penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan.
d. Penyampaian
keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi
ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir
kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi
dari bawah. Alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat sulit dan rumit :
a. Kecenderungan
bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.
b. Perasaan
bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai.
c. Kurangnya
penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai.
d. Perasaan
bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa
yang disampaikan pegawai.
3. Horizontal
Communication (komunikasi sesama) :
Komunikasi
yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan
yang setara.
Fungsi
komunikasi sesama antara lain :
a. Memperbaiki
koordinasi tugas.
b. Upaya
pemecahan masalah.
c. Saling
berbagi informasi.
d. Upaya
pemecahan konflik.
e. Membina
hubungan dan mempererat kekeluargaan melalui kegiatan bersama.
4. Interline
Communication (komunikasi lintas saluran) :
Komunikasi
untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf
biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya
tanggung jawab mereka
berhubungan dengan jabatan fungsional. Kondisi yang harus dipenuhi dalam
komunikasi lintas-saluran :
a. Setiap
pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih
dahulu dari atasannya langsung.
b. Setiap
pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan
hasil komunikasinya kepada atasannya.
Komunikasi Eksternal
Proses komunikasi di antara
para pengurus dan anggota suatu organisasi dengan orang atau masyarakat umum.
1. Komunikasi
dari organisasi kepada masyarakat.
Contohnya
: konferensi pers, iklan, brosur
2. Komunikasi
dari masyarakat kepada organisasi.
Contohnya
: menerima saran kritik, hotline customer service 24 jam
Gaya Komunikasi dalam Organisasi
1.
The Controlling Style
controlling
style communication ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
2.
The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi
dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan
informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini
ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way communication).
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender)
lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan
jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan
prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini
memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic
style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen
atau saleswomen).
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih
mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang
lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.
6. The Withdrawal Style
Akibat
yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Bentuk Komunikasi dalam Organisasi
2.9.1
Komunikasi Berdasarkan Bentuk
a.
Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata,
gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat.
Contoh :
Berbicara langsung kepada seseorang.
b.
Komunikasi Tidak Langsung
Komunikasi tidak langsung biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk
melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan
geografis waktu.
Contoh :
Radio, televisi.
Komunikasi Berdasarkan Sasaran
a.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam
jumlah yang besar.
Syarat-syarat komunikasi massa :
a.
Pesan disusun dengan jelas, tidak
rumit dan tidak bertele-tele.
b.
Bahasa yang mudah
dimengerti/dipahami.
c.
Bentuk gambar yang baik.
d.
Membentuk kelompok khusus,
misalnya kelompok pendengar radio.
b.
Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang
umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal
balik.
Contoh :
Perawat dengan pengunjung puskesmas.
c.
Komunikasi Perorangan
Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka atau bisa dapat
juga melalui telepon.
Contoh :
perawat dengan pasien.
Komunikasi Berdasarkan Arah
Pesan
a.
Komunikasi satu arah
Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang disampaikan oleh sumber kepada
sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan
balik atau bertanya.
Contoh :
Radio.
b.
Komunikasi Timbal Balik
Komunikasi timbale balik adalah komunikasi yang disampaikan kepada sasaran
dan sasaran memberikan umpan balik.
Contoh :
komunikasi kelompok atau komunikasi perorangan.
Peran Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu
organisasi sangat penting agar tidak terjadinya salah penyampaian informasi
antar anggota dalam suatu organisasi dan agar tercapainya tujuan tertentu.
Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan dan mensinkronkan seluruh
aspek untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan dalam sebuah tujuan
berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya sebuah interaksi yang baik
niscaya sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya. Interaksi disini
adalah mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang dapat berupa penyampaian-penyampaian
informasi, instruksi tugas kerja atau mungkin pembagian tugas kerja. Interaksi
sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi antara 2 orang atau lebih dimana
orang yang satu bertindak sebagai pemberi informasi dan orang yang lain
berperan sebagai penerima informasi. Intinya, korelasinya harus melibatkan dan
terfokus kepada orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi. Dengan kata
lain, dapat disimpulkan komunikasi dapat dibilang juga sebagai proses
penyampaian informasi yang berguna untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang
lain demi mencapai suatu tujuan.
Sebuah bentuk organisasi pasti
mengedepankan sebuah komunikasi agar tercipta hasil yang selaras. Biasanya
proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan dan bawahan dengan
penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawahannya yang semata-mata semua
berorientasi berdasarkan organisasi.
Tujuan komunikasi dalam sebuah
organisasi sangat memberikan banyak manfaat secara langsung yaitu memudahkan
para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang diberikan dari atasan dan
untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi dan memang sudah melekat
pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan dapat berinteraksi
dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang beresiko mungkin akan berkurang,
karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda
secara verbal. Dengan demikian semua pelaku organisasi harus berbicara,
bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan
mengetahui situasi-situasi yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan
komunikasi sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.
3. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
a.
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan
yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini
dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
b.
Hambatan dalam penyandian/simbol.
Hal ini dapat terjadi
karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari
satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau
bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi
dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran
listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
d.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi
dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e.
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya
perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan
yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
f.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan
yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan
interpretative, Hambatan tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan
Semantik
Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
5. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi,
persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
Cara
Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1.
Gunakan umpan-balik
Beri kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
Beri kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
2.
Kenali si penerima
berita
a.
Bagaimana latar
belakang pendidikannya,
b.
Bagaimana
pengetahuan tentang subyek pembicaraan,
c.
Sejauh mana
minat dan perasaan.
3. Rencanakan secara teliti
Pertimbangkan baik-baik,
misalnya : apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar