A. Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein
hewani yang sangat penting. Sapi perah sebagai penghasil susu berperan
sangat penting sebagai pengumpul bahan-bahan yang tidak bermanfaat sama
sekali bagi manusia seperti rumput, limbah, dan hasil ikutan lainnya
dari produk pertanian. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein
hewani yang sangat besar manfaatnya bagi bayi, sebagai masa pertumbuhan,
orang dewasa dan lanjut usia. Susu memiliki kandungan protein yang
tinggi sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan
tubuh.
Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan anak sapi yang dilahirkan. Susu juga dapat digunakan sebagai
bahan minuman manusia yang sempurna karena di dalamnya mengandung zat
gizi dalam perbandingan yang optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa
yang terbuang. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani sangat
besar manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang sedang dalam proses
tumbuh, bagi orang dewasa dan bahkan bagi yang berusia lanjut. Susu
dengan kandungan protein yang cukup tinggi dapat menunjang pertumbuhan,
kecerdasan, dan daya tahan tubuh.
Peningkatan permintaan produk susu
yang tidak diimbangi dengan penambahan produksi sapi tentu saja akan
mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak dapat terpenuhi. Pemenuhan
produk susu dengan penambahan populasi ternak sapi perah membutuhkan
proses yang panjang. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan usaha ternak
sapi perah memiliki peluang dan prospek usaha yang sangat cerah.
Meskipun demikian prospek usaha ternak sapi perah yang sangat
menjanjikan di Indonesia ini tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan tata laksana pemeliharaan sapi perah itu sendiri.
Efisiensi
pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah hanya dapat
dicapai apabila peternak memiliki perhatian terhadap tata laksana
pemeliharaan dan manajemen
pengelolaan yang baik. Adanya manajemen dalam pengelolaan merupakan
sesuatu hal yang wajib bagi seseorang pengusaha ternak untuk dimengerti
dan dipahami. Manajemen yang meliputi berbagai hal, semisal manajemen
perkawinan, manajemen pakan, manajemen kandang, manajemen sapi induk dan
lain sebagainya, yang kesemuanya itu merupakan kunci dalam mengusahakan
ternak sapi perah. Jika semuanya tersebut dapat dikuasai oleh peternak
maka akan menghasilkan hasil yang maksimal.
A. Keterangan Umum Perusahaan
Salah satu usaha yang masih bisa
dikembangkan peternak di tengah kondisi perekonomian yang mencekik ini
adalah sapi perah. Produktivitas sapi perah sebagai penghasil susu
utama, salah satunya ditentukan oleh pakan yang berkualitas dan memenuhi
kebutuhan sapi perah. Zat makanan yang dibutuhkan oleh sapi perah
digunakan untuk hidup pokok dan produksi, kebutuhan sapi perah akan
zat-zat makanan erat kaitannya dengan bobot badan dan produksi susu
(Nur, 2004).
Pada saat ini di daerah tropis sekurang-kurangnya terdapat 3 tipe perusahaan sapi perah:
1. Produksi tingkat pedesaan (subsisten)
2. Peternak sapi perah, biasanya skala menengah, namun banyak pada skala kecil.
3. Produsen skala besar.
Patut
diketahui bahwa sebagian besar produsen air susu di daerah tropik
sebagian besar merupakan penduduk pedesaan yang tindakan pertamanya
mencakup kebutuhan keluarganya dan kemudian menjual sisa atau kelebihan
hasilnya sebagai air susu segar atau hasil pengolahannya
(Reksohadiprodjo, 1995).
Sebagian besar produsen sapi perah berskala
besar mengelola ternak mereka didalam bangunan baik dikandang maupun di
lapangan. Sebagian dari mereka mengembangbiakkan ternak pengganti
mereka sendiri, banyak dari mereka sesungguhnya merupakan pusat
mengembangbiakkan bagi negara tempat mereka tetapi yang lain membeli
induk pengganti (Williamson dan Payne, 1993).
Memang untuk
peternakan sapi perah komersial yang pertama harus dipegang adalah
syarat teknis. Syarat dekat dengan daerah pemasaran dapat diabaikan
dengan adanya kemajuan teknologi peternakan didukung fasilitas
transportasi yang baik maka pertimbangan seimbang antara teknis dan
ekonomis dapat dilakukan. Untuk sapi perah bila lokasi perternakan
tidak sejuk dan tidak tenang produksi susu tidak akan maksimal (Rasyaf,
1996).
Apabila suatu peternakan sapi perah direncanakan,
bangunan-bangunan seharusnya diletakkan sedapat mungkin di tengah-tengah
dari areal. Hal ini akan memberikan bahwa sapi yang dikelola di ruangan
berjalan dalam jarak minimum ke atau dari lapangan dan hijauan yang
dipotong di apangan untuk sapi yang dipelihara di dalam kandang akan
ditransportasikan hanya dalam jarak minimal. Peternakan harus didrainase
dengan baik dan jalan setapak harus dipagari pada kedua sisinya untuk
menghindari kerusakan oleh ternak (Williamson dan
Payne, 1993).
Pencatatan pada ternak adalah mutlak dilaksanakan
karena merupakan data berharga untuk menilai tujuan suatu usaha
peternakan untuk menentukan kebijaksanaan dan tata laksana yang harus
diambil dan dikerjakan selanjutnya. Selain itu juga untuk mengungkapkan
serta menelusuri latar belakang sejarah/silsilah sapi yang dipelihara.
Dengan melihat dan mempelajari catatan, seleksi dapat dilaksanakan lebih
efektif dan efisien. Penjualan produk dapat tercapai tidak jauh dari
yang diharapkan dan ramalan terhadap keadaan di masa mendatang akan
tergambarkan (Santosa, 2001).
B. Manajemen Pedet
Saluran
pencernaan anak sapi muda berbeda dari sapi dewasa dan anak sapi tidak
berfungsi sebagai ruminan sampai berumur beberapa minggu. Pada anak sapi
kapasitas perut yang sebenarnya atau abomasum adalah 70 persen dari
keempat perut, sedangkan pada anak sapi dewasa hanya 7 persen. Jika anak
sapi menyusu, susu melewati rumen dan retikulum dan lewat langsung ke
dalam perut yang sebenarnya atau abomasum, dan hanya jika anak sapi
minum terlalu banyak setiap susu lewat ke dalam rumen. Rangsang bagi
giatnya saluran lewat kerongkongan adalah adanya cairan di belakang
mulut. Susu berjalan ke rumen anak sapi kecil mungkin mengental dan
kemudian karena ruminasi belum dimulai, membusuk, menyebabkan gangguan
pencernaan. Jadi adalah praktek yang lebih baik untuk memberi makan anak
sapi sejumlah kecil susu pada selang waktu yang sering dibandingkan
sejumlah besar pada selang waktu jarang (Williamson dan Payne, 1993).
Menurut
Reksohadiprodjo (1995) penghilangan tanduk dapat dikerjakan ketika umur
pedet satu-dua minggu dengan menggosok bungkul tanduk dengan kaustik
sampai hampir berdarah, zat kaustik misalnya collodion. Penempelan
dengan besi panas dilakukan kalau umur pedet 3-4 minggu. Kalau ada
listrik, penempelan dengan setrika listrik paling efektif. Kalau zat
kaustik digunakan untuk menghilangkan tanduk, jangan sampai pedet
mencemarkan zat kaustik ke induk sapi, atau ke matanya misalnya karena
hujan.
Kastrasi dapat dikerjakan dengan pisau (sterilisasi alat harus
benar-benar dikerjakan), dengan alat penekan fuiculus, gelang karet
ketika pedet berumur 2-3 minggu (10 hari paling baik, karena rasa sakit
dan gangguan paling kurang). Alat kastrasi Burdizzo digunakan untuk
segala umur, memutus saluran-saluran tanpa melukai kulit
(Reksohadiprodjo, 1995).
Perut pedet belum berkembang sepenuhnya. Ia
belum dapat memamah biak. Bila diberi rumput, rumput itu tidak dapat
dicernakannya dengan baik. Tetapi susu dapat dicernakannya dalam perut
besar tanpa dimamah biak. Maka susu adalah makanan yang baik untuk
pedet. Tapi sering lembu tidak mengeluarkan banyak susu oleh karenanya
pedet kekurangan susu. Sesudah itu diberi rumput sedikit semi sedikit.
Perutnya telah berkembang dan ia mulai memamah biak. Waktu ia telah
berusia 3 bulan, ia dapat mencernakan rumput dengan baik. Pedet tidak
membutuhkan lagi susu induknya. Selanjutnya induknya dapat diperah. Dan
pedet itu disapih karena sudah kuat mencernakan rumput sendiri. Umumnya
sesudah berumur 6 bulan (LPPS, 1972).
Anak sapi dapat dipisahkan dari
induknya segera sesudah lahir dan kemudian dipelihara sendiri. Anak
sapi harus memperoleh kolostrum untuk beberapa hari pertama dan sesudah
itu dapat diberi minum susu atau makanan pengganti lain susu. Cara lain,
pedet dapat dipelihara penuh bersama induknya dan kemudian biasanya
disapih pada umur 6-8 bulan (Mangkoewidjojo, 1988).
Penandaan
pada ternak sapi merupakan suatu tindakan untuk memberikan tanda kepada
ternak sapi secara sementara maupun permanen. Tujuannya sebagai ciri
kepunyaan, perhitungan umur atau nomor. Penandaan ini berguna untuk
pembibitan, perkawinan, penjualan ataupun tanda milik seseorang /
perusahaan peternakan. Penandaan yang lazim dilakukan pada peternak sapi
adalah :
1. Tanda telinga, terdiri dari :
a. Ear tag (tanda telinga plastik/logam dengan nomor)
b. Ear notch (tanda telinga dengan cara pengguntingan dalam bentuk v/u).
c. Ear punch (tanda telinga dengan cara perlubangan)
2. Cap bakar pada kulit dengan memakai besi panas
3. Tatto
4. Kalung leher
5. Tanda pada tanduk, biasanya memakai penomoran cat baker
6. Penandaan lain seperti gelang tali plastik atau pada gelambir.
(Santosa, 2001).
C. Manajemen Sapi Dara
Heifer
atau sapi dara ialah sapi-sapi betina dengan umur sembilan bulan sampai
beranak yang pertama kali, menurut fase pertumbuhannya, sapi dara
merupakan kelompok sapi-sapi muda yang laju pertumbuhannya masih
berlangsung terus. Masa memelihara sapi perah dara dari saat disapih
sampai saat melahirkan pertama kali dibagi menjadi dua periode yaitu
pertama dari disapih sampai mulai dikawinan dan kedua mulai dikawinkan
sampai melahirkan pertama kali (AAK, 1995).
Di daerah beriklim sedang
sapi dara dari bangsa sapi perah yang lebih kecil biasanya dikawinkan
pertama kali kira-kira pada umur 15 bulan sedangkan bangsa yang lebih
besar dikawinkan pertama kali sekitar umur 18 bulan sebagian besar dari
sapi dara di daerah tropis terlalu kecil dan oleh karenanya terlalu muda
untuk dikawinkan pada umur - umur ini dan oleh karenanya umumnya
perkawinan pertama tidak terjadi sampai mereka lebih dewasa. Sehingga
dianjurkan untuk mempergunakan berat hidup umur sebagai penentuan kapan
sapi dara harusnya pertama kali dikawinkan. Berat hidup yang mencukupi
adalah 200-225 kg untuk yang lebih kecil dan 290-315 kg untuk bangsa
yang lebih besar (Williamson dan Payne, 1993).
Ketersedian air perlu
diperhitungkan terlebih dahulu sebelum suatu usaha pemeliharaan sapi
dimulai karena air merupakan suatu kebutuhan mutlak. Ketersediaan air
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air minum, pembersihan kandang atau
halaman serta untuk memandikan sapi. Kebutuhan air minum dapat berasal
dari air minum khusus yang sengaja disediakan pada bak-bak air, baik di
padang penggembalaan maupun di kandang ataupun di halaman pengelolaan.
Oleh karena itu cara penyediaan maupun cara pembeian memerlukan
peralatan yang bagus (Santosa, 2001).
Jenis pakan penguat atau
konsentrat adalah pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan kadar
serat yang rendah. Pakan konsentrat meliputi susunan bahan pakan yang
terdiri dari biji-bijian dan beberapa limbah hasil proses industri bahan
pangan bijian seperti jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak,
bekatul, bungkil kelapa, dan ubi. Untuk menjamin kebutuhan nutrisi
ditambahkan pula sumber lain seperti tepung tulang, tepung ikan, vitamin
dan lain-lain. Peranan pakan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai
nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh
dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996).
Mengenai rumput-rumputan
ada yang tumbuh dengan sendirinya dan ada yang sengaja ditanam dan
dipelihara untuk makanan ternak. Khusus bagi perusahaan peternakan yang
memelihara ternak banyak, contohnya perusahaan susu (tempat pemerahan).
Penanaman rumput ini (rumput unggul) biasanya disabit (dipotong) untuk
diberikan makan di kandang sedang rumput liar selain disabit/dipotong
juga digunakan tempat penggembalaan. Rerumputan meskipun juga dapat
dimakan ternak tetapi kandungan zatnya kurang berarti. Namun juga banyak
rerumputan yang dapat dimakan ternak dan mengenai zat yang terkandung
sedang diteliti belum diketahui dengan seksama. Dari sebagian rerumputan
itu dapat dipilih yang mempunyai kandungan zat tinggi untuk dipelihara
sebagai makanan ternak yang unggul (Soeyanto, 1981).
D. Manajemen Sapi Dewasa
Periode
kehamilan induk di daerah tropis berkisar antara 275 dan 278 hari.
Sedangkan untuk periode birahi antara 8-24 hari. Sapi perah biasanya
akan birahi kira-kira 30-60 hari sesudah beranak (calving). Di daerah
tropis cara yang paling cocok untuk mengawinkan sapi induk pada periode
birahi pertama sesudah beranak dan tidak lebih dari 6 hari sesudah
melahirkan. Apabila dia tidak dikawinkan pada saat ini bukti-bukti yang
tersedia mengatakan bahwa dia akan menjadi lebih sulit untuk mendapatkan
anak (Williamson dan Payne, 1993).
Penentuan kebuntingan harus
dijalankan secara teratur dan intervalnya harus cukup pendek, misalnya
30-40 hari sekali. Sapi-sapi yang telah dinyatakan bunting masih harus
dicek lagi setelah 90-120 hari setelah pengecekan pertama. Hewan yang
tidak kembali birahi dapat dengan pasti dinyatakan bunting atau mengidap
suatu penyakit hormonal atau lain-lain kelainan (Partodiharjo, 1980).
Pada
sapi semakin lama masa kering yang didapatkan semakin besar persistensi
pada laktasi berikutnya. Memperpendek masa kering sebelum laktasi kedua
akan memperendah produksi susunya sampai batas tertentu daripada
memperpendek masa kering tersebut sebelum laktasi yang akan datang. Hal
ini dapat diterangkan pertumbuhan yang lebih besar dari tubuh dan
kelenjar susu yang terjadi sebelum laktasi kedua daripada kemudian
berikutnya. Setelah sapi dikeringkan untuk persiapan kelahiran
berikutnya maka kelenjar susunya tetap mengeluarkan cairan yang sama
seperti kolostrum dan yang terutama kaya akan globulin. Selama dua
minggu terakhir terdapat kenaikan yang hebat dalam globuler-globuler
tersebut (Anggorodi, 1979).
Sapi betina biasanya birahi lagi 30-60
hari sesudah melahirkan pedetnya. Di daerah tropik sapi kawin lagi 30
hari sesudah beranak tidak lebih dari 60 hari. Biasanya sapi betina
steril didalam kelompoknya yang berumur 10 tahun adalah sebanyak 3-5 %,
makin tua sapi prosentase ini makin baik. Sapi yang beranak secara
teratur dengan interval 12 bulan harus dikeringkan selama 2 bulan.
Periode kering memungkinkan kelenjar air susu sapi beristirahat dan
mengganti sel-selnya dan tubuh hewan dapat membangun cadangan makanan
yang berguna bagi laktasi berikutnya (Reksohadiprodjo, 1995).
Pada
proses kelahiran anak sapi kadang-kadang kita jumpai adanya kesulitan
beranak (distokia) yang sangat membahayakan induk bahkan pedetnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi distokia antara lain adalah :
-
Umur induk, sangat besar pengaruhnya terhadap kesulitan beranak dalam
hal ini berhubungan dengan saluran peranakan (birth canal).
- Bangsa, sangat berpengaruh nyata terhadap terjadinya distokia.
- Jenis kelamin, berat lahir pedet pejantan rata-rata 1,5 – 3 kg lebih tinggi dibanding pedet betina.
-
Lama bunting, fetus dalam kandungan perut induknya selalu berkembang,
perkembangan terakhir dengan pertambahan berta badan rata-rata 1 – 1,5
pound/hari bahkan kadang lebih.
- Makanan, kelebihan makanan biasanya adalah diubah menjadi lemak sehingga seperti tampak gemuk.
-
Posisi pedet, menurut penelitian dari seluruh proses kelahiran pada
sapi kira-kira 4 - 5 % terjadi kelahiran abnormal dengan letak fetus
tidak semestinya.
Sistem perkawinan sapi perah dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu perkawinan alam dan perkawinan buatan. Pada perkawinan
alam seakan pejantan memancarkan sperma langsung ke alat reproduksi
betina. Sedangkan perkawinan buatan atau AI ialah suatu cara perkawinan
dimana sperma dikumpulkan (disadap) dari pejantan untuk dirawat atau
disimpan dalam kondisi terbentuk di luar tubuh hewan, kemudian dengan
pertolongan suatu alat semen itu dimasukkan ke dalam alat kelamin
betina. Jadi proses dari perkawinan ini meliputi pengumpulan sperma
(semen) perawatan sperma dan memasukkan sperma ke dalam alat reproduksi
betina (AAK, 1982).
Seorang peternak harus mengetahui kapan
ternak-ternak di dalam kelompok ternaknya mulai bunting. Setiap tahun
biasanya terjadi banyak kerugian akibat pemotongan hewan ternak yang
bunting. Indikasi kebuntingan yang sederhana dan cukup efektif, ialah
ternak tersebut dinyatakan bunting jika setelah ±45 hari setelah
perkawinan tidak birahi kembali, tetapi tidak diketahui oleh pemilik dan
anggapan bahwa ternak tersebut telah bunting sama sekali keliru.
Sebaliknya dapat pula terjadi bahwa ternak birahi kembali meskipun
sebenarnya ia telah bunting. Cara yang paling umum untuk menyidik
kebuntingan ialah melalui palpasi rektal, dan seseorang yang telah
berpengalaman dapat menyatakannya dengan ketepatan yang tinggi mengenai
status dan umur kebuntingan (Pane,1993).
E. Manajemen Kesehatan
Sapi
yang akan diperah harus dalam keadaan bersih. Tempat dan peralatan yang
bersih akan percuma kalau sapi itu kotor. Semua kotoran pada tubuh sapi
akan mengotori air susu sehingga mudah rusak. Hanya sapi-sapi yang
bersihlah yang akan menghasilkan air susu yang sehat. Itulah sebabnya
sapi-sapi yang akan diperah harus dimandikan terlebih dahulu, paling
tidak bagian tubuh tertentu seperti pada lipatan paha, ambing dan puting
(AAK, 1995).
Radang ambing merupakan radang infeksi yang berlangsung
secara akut, subakut maupun kronik. Radang ambing ini ditandai dengan
kenaikan sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu
dan disertai atau tanpa disertai dengan perubahan patologis atas
kelenjarnya sendiri (Subronto, 1993).
Mastitis adalah suatu
peradangan pada ambing yang bersifat akut atau menahun dan terjadi pada
semua jenis mamalia. Pada sapi penyakit ini sering dijumpai pada sapi
perah dan disebabkan oleh berbagai jenis kuman/ mikoplasma. Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya infeksi
terutama yang ditimbulkan oleh kesalahan manajemen dan higiene pemerahan
yang tidak memenuhi standart. Dalam periode tertentu secara rutin perlu
dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya mastitis sub-klnis dengan
melaksanakan CMT (California Mastitis Test). Pengobaan dapat dilakukan
dengan menggunakan antibiotik dengan kuman yang menginfeksi dan
disarankan agar dilakukan pula sensitivitas terhadap kuman. Berbagai
jenis bakteri yang telah diketahui sebagai agen penyabab penyakit
mastitis antara lain: Streptococcus agalactiae, Streptococcus
disgalactiae, Streptococcus uberis, Streptococcus zooepidemicus,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan
pseudomonas aeruginosa. Dalam keadaan tertentu dijumpai pula Mycoplasma
sp. dan Nocardia asteroides (Akoso, 1996).
Milk fever yang terjadi
pada sapi perah disebabkan karena adanya gangguan metabolisme mineral.
Peranan glandula tak bersaluran pituitary, pada thyreoidea dan ovaria
menentukan terjadinya penyakit ini terutama pada ternak berproduksi air
susu tinggi pada periode laktasi ketiga atau sampai kelima yang menerima
ransum dengan protein tinggi dan kondisi sapi sebenarnya dalam keadaan
baik. Banyak kejadian terjadi pada 3 hari pertama setelah melahirkan
(Reksohadiprodjo, 1984).
Penularan Brucellosis dapat terjadi melalui
pencernaan makanan yang bercampur dengan Brucellosis. Media yang dapat
membawa penyakit adalah jerami, konsentrat, air minum, lantai kandang,
kotoran kelamin, selaput fetus atau fetus. Infeksi dari induk bisa
melalui plasenta sebelum lahir atau melalui air susu setelah lahir
tetapi penularan ini tidak selalu menyebabkan penyakit pada anak dan
biasanya akan menghilang beberapa minggu kemudian karena adanya imunitas
yang pasif (Hardjopranjoto, 1995).
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit menular antara lain :
1.
Menghapus hama kandang dan peralatan lainnya. Semua kandang dan yang
hargamnya relatif murah seperti bahan-bahan dari jerami, kertas dan
lain-lain harus dibakar. Untuk benda-benda yang harganya mahal sebaiknya
disucihamakan saja.
2. Membakar bangkai hewan ternak. Semua hewan
ternak yang mati akibat penyakit menular, yang menurut ketentuan
undang-undang harus dibakar, maka perlu dibakar.
3. Mengubur bangkai.
Bila keadaan tidak mamungkinkan, karena tidak ada bahan bakar,
sebaiknya bangkai dikubur saja, dengan ketentuan liang kubur tidak boleh
kurang dari 2 m dalamnya.
4. Menghapus hama orang dan hewan. Bagi
orang-orang serta hewan yang terkena penyakit menular dapat dicuci
dengan menggunakan sabun dan air hangat, kemudian digosok dengan
obat-obatan desinfektan seperti : kreolin, lysol, karbol, dan lain-lain
(Girisonta, 1974).
F. Kandang dan Peralatan
Hampir selama
hidupnya sapi perah berada dalam kandang. Hanya kadang-kadang saja sapi
perah dibawa ke luar kandang. Oleh karena itu kandang bagi sapi perah
tidak hanya bersifat sebagai tempat tinggal saja, akan tetapi juga harus
dapat memberi perlindungan dari segala aspek yang mengganggu. Dengan
perkataan lain, kandang harus dapat mengeliminir segala faktor luar yang
dapat menimbulkan gangguan pada sapi perah yang berada di dalamnya. Di
samping faktor luar tadi, hal-hal lainnya yang menyangkut pembuatan
kandang perlu diperhatikan (Siregar, 1992).
Kandang merupakan tempat
ternak melakukan segala aktivitas hidupnya. Kandang yang baik adalah
sesuai dengan persyaratan kondisi kebutuhan dan kesehatan sapi perah.
Persyaratan umum perkandangan adalah sebagai berikut:
1. Sinar
matahari cukup dan mendapat sinar matahari, sehingga kandang tidak
lembab. Sinar matahari pada pagi hari tidak terlalu panas dan mengandung
sinar UV yang berfunsi sebagai desinfektan, dan pembentukan vitamin D
2.
Lantai kandang selalu kering. Kandang yang lantainya basah apabila
berbaring maka tubuhnya akan basah yang dapat mengaggu pernapasan
3. Tempat pakan yang lebar sehingga sapi mudah untuk mengkonsumsi pakan
(Sasono et al., 2009).
Bahan
atap yang biasa digunakan adalah genting, seng, asbes, rumbai, alang-
alang (ijuk). Untuk bahan genting biasanya menggunakan bahan yang mudah
didapat dan harganya lebih efisien. Dari beberapa macam bahan yang bayak
digunakan adalah genting, karena terdapat celah- celah sehingga
sirkulasi udara cukup baik, apabila menggunakan bahan seng untuk atap
dibuat tiang yang tinggi agar panasnya tidak begitu berpengaruh terhadap
ternak ( AAK, 2009).
Susu
hasil pemerahan ditampung dengan wadah khusus, wadah yang dapat
digunakan dapat berupa ember plastik yang dikhususkan untuk menampung
susu. Setelah selesai susu dapat dimasukkan ke dalam can susu. Biasanya
peternak menuangkan susu ke dalam can sambil disaring dengan kain
bersih. Susu harus segera dimasukkan ke dalam lemari pendingin, jangan
menyimpan susu (Rasyaf, 1996).
Kebersihan alat-alat termasuk
disini ember susu, kaleng susu (milk can), botol susu. Alat penyaring
sebelum dipakai harus dicuci yang bersih adapun caranya mula-mula
alat–alat tersebut dicuci dengan air dingin atau hangat untuk
menghilangkan bekas susu yang menempel kemudian dicuci air sabun yang
hangat dengan disikat untuk menghilangkan lemak, seterusnya dibilas
dengan air biasa dan dikeringkan dengan menempatkannya pada tempat yang
langsung kena sinar matahari (Sasongko, 1986).
G. Kamar Susu, Perlengkapan dan Perlakuan Susu
Sistem bucket
adalah salah satu pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan yang
dapat dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain, cocok
digunakan peternakan kecil, susu ditampung di bucket yang terdapat di
setiap mesin. Setelah susu hasil pemerahan setiap ekor spi ditakar
terlebih dahulu kemudian dituang ke tangki pendingin (Siregar, 1992).
Semua
susu harus disaring segera setelah pemerahan selesai. Alat saring yang
khusus merupakan alat yang paling efisien dan bersih untuk keperluan
ini, oleh karena itu saringan ini dibuang setelah dipakai. Bagaimanapun
juga jenis kain yang cocok dapat dipakai asalkan sering-sering diganti
dan dicuci dengan baik serta disterilkan setelah dipakai. Segera setelah
sapi selesai diperah bakteri dalam susu mulai berkembang. Pendinginan
dengan segera dari susu akan sangat mengurangi perkembangan bakteri
(Williamson, 1993).
Saringan atau filter merupakan salah satu proses
pembersihan susu. Susu harus disaring di ruangan dimana tidak terlalu
banyak debu. Jika sudah melakukan pemerahan dengan bersih, filter akan
tetap bersih. Tujuan penyaringan tidak untuk membersihkan susu kotor.
Saat pemerahan harus dihasilkan susu bersih, penyaringan hanya sebagai
penanganan (Soetarno,2000).
Suatu produk susu yang steril mempunyai
beberapa ciri yang menarik, yaitu tidak membutuhkan penyimpanan dalam
lemari es, serta dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama.
Metode-metode biasa dipakai untuk sterilisasi bahan makanan ternyata
tidak memuaskan untuk sterilisasi susu. Namun, telah dikembangkan
teknik-teknik komersial untuk sterilisasi susu yang memanaskan susu pada
suhu ultra tinggi dalam waktu yang singkat (Pelczara dan Chan, 1988).
Susu
segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar.
Hal ini disebabkan seperti susu segar yang sangat mudah rusak dan mudah
terkontaminasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar susu segar
dapat terjual dengan kualitas baik sebagai berikut:
1. peralatan yang
digunakan untuk menampung susu segar baik berupa ember perah harus
dalam keadaan bersih. Jika peralatan bersih, unur susu segar bisa
mencapai 3 jam, setelah itu susu akan rusak atau asam.
2. Sebelum
dimasukkan ke dalam milk can, susu harus disaring dahulu agar bulu sapi
dan vaseline yang tercampur dengan susu tidak terbawa masuk ke dalam
wadah.
3. Waktu pengiriman dihitung pasa saat susu selesai diperah hingga susu tiba di konsumen.
4.
Pendinginan susu dengan suhu 40 C agar lebih tahan lama jika suhu lebih
dari 40 C, bakteri mudah berkembang biak (Sudono, et all, 2003).
Sebuah
kamar susu mutlak diperlukan, apakah sapi diperah dengan tangan atau
dengan mesin. Jika sapi diperah dengan tangan atau diperah mesin dengan
penampungan terendiri, maka diperlukan sebuah kamar yang menempel dengan
kamar perah. Kamar ini hendaknya terletak pada tempat yang bertentangan
dengan arah angin yang menuju tempat makanan. Bila sapi diperah dengan
mesin perah dengan system pipa maka kamar susu hendaknya terletak pada
ujung pipa oleh karena release (pembebas susu) harus berada dalam kamar
susu, demikian juga dengan alat-alat yang berhubungan dengan tempat
penyimpanan susu (Williamson dan payne, 1993).
Pasteuerisasi adalah
proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat di dalam
air susu. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan memanaskan air susu pada
suhu tertentu. Pada garis besarnya ada 2 macam pasteurisasi yang biasa
dilakukan, yakni:
-Temperatur rendah dalam waktu yang lama yaitu 720 C selama 30 menit.
-Temperatur tinggi dalam waktu yang singkat yaitu 800 C selama 3 detik.
(AAK, 1995).
H. Penanganan Feses
Limbah
sapi dapat berupa kotoran/feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi
yang dijadikan kompos atau pupuk organik banak diminati masyarakat. Hal
ini disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan merusak zat hara
tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar
akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini
bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang
digunakan (Sudono, 2003).
Tinja atau feses ternak dapat dikelola
dengan baik untuk tujuan yang bermanfaat misal untuk pembuatan pupuk,
makanan ikan serta dapat pula dimanfaatkan sebagai energi bio gas. Gas
bio adalah campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi
bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen. Campuran gas
yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut adalah methan,
karbondioksida, nitrogen, karbon monoksida, oksigen, propan, hidrogen
sulfida dan sebagainya (Jauhari, 1986).
Kotoran sapi bila
didekomposisi dengan stardec yang mengandung mikroorganisme cell akan
menghasilkan pupuk organik disebut sebagai fine compost. Fine compost
akan menyuplai unsur hara yang ddiperlukan tanaman sekaligus memperbaiki
struktur tanah. Hasilnya, biaya produksi lebih rendah dan produksi
meningkat. Stardec dihasilkan LHM (Lembah Hijau Multifarm), bertujuan
sebagai salah satu upaya membantu tercapainya keseimbangan, serta
membuat limbah-limbah yang tidak berguna menjadi berdaya guna dan
berdaya hasil. Limbah seperti kotoran ternak dan blotong pabrik gula
yang diolah dengan stardec mampu menciptakan sebuah solusi untuk
meningkatkan martabat alam yang seimbang (Trobos, 2001).
Biogas
diproduksi bakteri dari bahan organik di dalam kondisi hampa udara
(anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau
fermentasi. Gas tersebut sebagian besar terdiri dari CH4 dan CO2.
Campuran gas ini mudah terbakar jika kadar methane yang terkandung
mencapai lebih dari 50%. Biogas yang berasal dari kotoran ternak
kira-kira berisi 60% methane (Sasse, 1992).
Pengambilan kotoran
ternak sapi perah sebaiknya dilakukan di pagi hari. Pengambilan kotoran
pada pagi hari memiliki beberapa keuntungan, yaitu segera tercipta
lingkungan yang bersih dan pemerahan susu dilakukan pada kondisi
lingkungan bersih sehingga kebersihan susu lebih terjamin. Cara
pengambilan kotorannya biasanya dilakukan dengan mengguyur kotoran yang
berserakan dengan air kearah parit. Selanjutnya dari selokan ini kotoran
digiring ke satu bak penampungan. Setelah itu, kotoran ini diambil
dengan serok untuk disimpan di tempat penampungan. Jika jumlah sapinya
tidak banyak, pengambilan juga dapat dilakukan langsung dengan menyerok
kotoran yang berserakan di lantai (Setiawan, 1996).
I. Hambatan dan Kendala serta Pemecahan
Keberhasilan
suatu peternakan tergantung kepada tata laksana yang dilakukan. Tanpa
tata laksana yang teratur dan baik produksi yang dihasilkan ternak tidak
akan sesuai dengan yang diharapkan, bahkan suatu kerugian dan
kehancuran yang cukup besar akan senantiasa mengancam, peranan manajer
dalam suatu usaha perusahaan peternakan sangat menonjol / kehadiran
tenaga terlatih yang sangat terampil melakukan segala tata laksana
peternakan disertai penataan perlengkapan dan peralatan. Perusahaan
peternakan yang disesuaikan dengan faktor fisik dan ekonomi akan
menentukan keberhasilan tujuan tersebut (Santosa, 2001).
Rendahnya
produksi air susu sapi didaerah tropik disebabkan interaksi
faktor-faktor klimat, penyakit, pemuliaan pakan dan pengelolaan.
Pengaruh klimat terhadap produksi air susu sangat bergam karena klimat
sendiri merupkan faktor yang dipengaruhi hal-hal yang kompleks dan
bervariasi luas didalam daerah tropik itu. Ketinggian tempat yang sedang
dan tinggi berklimat baik untuk sapi. Sapi perah yang tidak begitu
terpengaruh stress sehingga sapi masih dapat berproduksi dengan memadai.
Klimat secara langsung dan tak langsung mempengaruhi produksi air susu
dan industri air susu, terutama dalam hal–hal pengaruh terhadap
persediaan pakan, timbulnya penyakit ternak dan terhadap transpor dan
penyimpanan air susu dan bahan (Wiliamson dan Payne, 1993).
Penanaman
pakan ternak menghadapi beberapa kendala yaitu memerlukan investasi
lahan yang mahal, pemeliharaan tanaman yang tidak murah, pengangkutan
hijauan dari lokasi ke farm secara rutin setiap hari, hasil panen
berfluktuasi tergantung musim dan penyimpanan dalam bentuk silase yang
mahal. Untuk itu telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kualitas limbah pertanian baik dengan cara fisik, kimiawi maupun
biologi. Tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, juga
hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya memerlukan
investasi yang mahal, secara kimiawi meninggalkan residu yang berefek
buruk, sedangkan cara biologi memerlukan peralatan yang mahal karena
kondisinya harus anaerob dan hasilnya yang berbau amonia menyengat
kurang disukai (Anggorodi, 1979).
Susu saat diperah dimasukkan ember
penampung memiliki kelemahan karena kualitasnya akan berkurang. Ini
terjadi karena susu sudah terbuka pada situasi lingkungan kandang yang
ada saat itu. Hal pertama susu akan mengandung lemak tidak jenuh dan
susu siap menangkap segala hal yang saat itu memang keberadaannya
dominan, seperti bebauan yang mencolok. Hal kedua ialah pada saat
terbuka bakteri yang memang sudah ada di lingkungan tersebut akan masuk
dan merusak susu (Rasyaf, 1996).
Ada beberapa permasalahan yang
menyebabkan pengembangan sapi perah di Indonesia mengalami kelambanan
walaupun populsi sapi perah meningkat pesat, diantaranya yaitu :
1.
Permintaan akan komoditi susu segar tidak menunjukkan peningkatan yang
pesat walau peningkatan akan komoditi protein hewani telah mengalami
peningkatan yang sangat pesat.
2. Kurangnya tenaga inseminatorpada daerah tertentu, dimana di daerah tersebut banyak peternak sapi perah yang menginginkannya.
3.
Sebagai akibat perkembangan ternak perah, maka daerah sekitar lokasi
peternakan akan mengalami kekurangan rumput gajah (rumput hijau) yang
merupakan sumber makanan bergizi bagi ternak sapi-sapi perah.
4. Masalah penyakit yang dapat menyerang ternak sapi perah.
5. Tidak semua peternak dapat memasarkan hasil produksinya dengan baik dan lancar
(Siregar,1992).
Ada beberapa hal yang sering menimbulkan hambatan bagi usaha ternak sapi perah, antara lain :
1.
Iklim. Negara kita yang beriklim tropis sehingga sering mengalami
temperatur yang membumbung tinggi sehingga merupakan suatu hal yang
sangat bertentangan dengan kehidupan sapi perah.
2. Permodalan. Pada
umumnya masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau pegunungan
terhalang oleh permodalan finansial dan skill kurang walaupun temperatur
memungkinkan usaha sapi perah.
3. Pemasaran yang belum maju, sebab
produksi susu di dalam negeri mendapat saingan berat dengan susu kaleng,
daya beli rakyat yang masih rendah, dan higiene produksi air susu dari
peternak rakyat kurang sempurna.
4. Kekurangan tenaga ahli.
5. Komunikasi (sarana angkutan) yang sulit.
(AAK,1995).
1. Kandang pedet menggunakan Perusahaan sapi perah “ Umbul Jaya “
didirikan pada tahun 1960 dengan modal awal 5 ekor sapi perah PFH
laktasi hingga kini berjumlah 48 ekor dan luas kandang + 400 m2.
2. Stuktur organisasi, job diskripsi dan jaminan kesejahteraan karyawan di perusahaan sapi perah “ Umbul Jaya “ tidak ada.
3. Lokasi perusahaan dan tata letak perkandangan cukup bagus.
4.
Pemberian kolostrum pada pedet dilakukan setelah pedet dilahirkan
sampai umur 7 hari selanjutnya diberi susu segar dari induk.
5. Kandang berlantai semen dengan sistem koloni dengan ukuran 5 x 6 m2.
6. Sapi dara adalah sapi yang berumur 9 bulan sampai dengan sapi itu beranak pertama kali.
7. Sapi dewasa dicapai pada umur 15 – 18 bulan.
8. Masa laktasi sapi perah adalah + 7 bulan.
9. Rata-rata produksi susu total / hari : 140 liter, sedang perekor/hari adalah 5-7 liter.
10. Pemasaran susu langsung ke konsumen tanpa mendapatkan perlakuan.
11. Pemandian ternak dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari sebelum dilakukan pemerahan.
12. Penyakit yang pernah dialami adalah mastitis, diare, dan kembung.
13. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara perioik oleh dinas setiap 6 bulan sekali.
14.
Peralatan kandang adalah tempat pakan dan air minum, ember penampung
susu, wadah susu, alat penyaring susu dan peralatan tambahan meliputi;
sapu lidi, pemotong rumput, keranjang rumput, selang air, sikat, garuk,
cangkul, dan timbangan.
15. Kamar susu berfungsi untuk menyimpan dan mengelola susu sebelum dipasarkan.tetapi disini belum dimanfaatkan.
16. Kotoran ternak belum dimanfaatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar