Minggu, 17 November 2013

Manajemen Ternak Sapi Perah di CV. Umbul Jaya Colomadu

A. Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat penting. Sapi perah sebagai penghasil susu berperan sangat penting sebagai pengumpul bahan-bahan yang tidak bermanfaat sama sekali bagi manusia seperti rumput, limbah, dan hasil ikutan lainnya dari produk pertanian. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani yang sangat besar manfaatnya bagi bayi, sebagai masa pertumbuhan, orang dewasa dan lanjut usia. Susu memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh.
Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi yang dilahirkan. Susu juga dapat digunakan sebagai bahan minuman manusia yang sempurna karena di dalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang sedang dalam proses tumbuh, bagi orang dewasa dan bahkan bagi yang berusia lanjut. Susu dengan kandungan protein yang cukup tinggi dapat menunjang pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh.
Peningkatan permintaan produk susu yang tidak diimbangi dengan penambahan produksi sapi tentu saja akan mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak dapat terpenuhi. Pemenuhan produk susu dengan penambahan populasi ternak sapi perah membutuhkan proses yang panjang. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan usaha ternak sapi perah memiliki peluang dan prospek usaha yang sangat cerah. Meskipun demikian prospek usaha ternak sapi perah yang sangat menjanjikan di Indonesia ini tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan tata laksana pemeliharaan sapi perah itu sendiri.
Efisiensi pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah hanya dapat dicapai apabila peternak memiliki perhatian terhadap tata laksana pemeliharaan dan manajemen pengelolaan yang baik. Adanya manajemen dalam pengelolaan merupakan sesuatu hal yang wajib bagi seseorang pengusaha ternak untuk dimengerti dan dipahami. Manajemen yang meliputi berbagai hal, semisal manajemen perkawinan, manajemen pakan, manajemen kandang, manajemen sapi induk dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu merupakan kunci dalam mengusahakan ternak sapi perah. Jika semuanya tersebut dapat dikuasai oleh peternak maka akan menghasilkan hasil yang maksimal.

A. Keterangan Umum Perusahaan
Salah satu usaha yang masih bisa dikembangkan peternak di tengah kondisi perekonomian yang mencekik ini adalah sapi perah. Produktivitas sapi perah sebagai penghasil susu utama, salah satunya ditentukan oleh pakan yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan sapi perah. Zat makanan yang dibutuhkan oleh sapi perah digunakan untuk hidup pokok dan produksi, kebutuhan sapi perah akan zat-zat makanan erat kaitannya dengan bobot badan dan produksi susu (Nur, 2004).
Pada saat ini di daerah tropis sekurang-kurangnya terdapat 3 tipe perusahaan sapi perah:
1. Produksi tingkat pedesaan (subsisten)
2. Peternak sapi perah, biasanya skala menengah, namun banyak pada skala kecil.
3. Produsen skala besar.
Patut diketahui bahwa sebagian besar produsen air susu di daerah tropik sebagian besar merupakan penduduk pedesaan yang tindakan pertamanya mencakup kebutuhan keluarganya dan kemudian menjual sisa atau kelebihan hasilnya sebagai air susu segar atau hasil pengolahannya (Reksohadiprodjo, 1995).
Sebagian besar produsen sapi perah berskala besar mengelola ternak mereka didalam bangunan baik dikandang maupun di lapangan. Sebagian dari mereka mengembangbiakkan ternak pengganti mereka sendiri, banyak dari mereka sesungguhnya merupakan pusat mengembangbiakkan bagi negara tempat mereka tetapi yang lain membeli induk pengganti (Williamson dan Payne, 1993).
Memang untuk peternakan sapi perah komersial yang pertama harus dipegang adalah syarat teknis. Syarat dekat dengan daerah pemasaran dapat diabaikan dengan adanya kemajuan teknologi peternakan didukung fasilitas transportasi yang baik maka pertimbangan seimbang antara teknis dan ekonomis dapat dilakukan. Untuk sapi perah bila lokasi perternakan tidak sejuk dan tidak tenang produksi susu tidak akan maksimal (Rasyaf, 1996).
Apabila suatu peternakan sapi perah direncanakan, bangunan-bangunan seharusnya diletakkan sedapat mungkin di tengah-tengah dari areal. Hal ini akan memberikan bahwa sapi yang dikelola di ruangan berjalan dalam jarak minimum ke atau dari lapangan dan hijauan yang dipotong di apangan untuk sapi yang dipelihara di dalam kandang akan ditransportasikan hanya dalam jarak minimal. Peternakan harus didrainase dengan baik dan jalan setapak harus dipagari pada kedua sisinya untuk menghindari kerusakan oleh ternak (Williamson dan Payne, 1993).
Pencatatan pada ternak adalah mutlak dilaksanakan karena merupakan data berharga untuk menilai tujuan suatu usaha peternakan untuk menentukan kebijaksanaan dan tata laksana yang harus diambil dan dikerjakan selanjutnya. Selain itu juga untuk mengungkapkan serta menelusuri latar belakang sejarah/silsilah sapi yang dipelihara. Dengan melihat dan mempelajari catatan, seleksi dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien. Penjualan produk dapat tercapai tidak jauh dari yang diharapkan dan ramalan terhadap keadaan di masa mendatang akan tergambarkan (Santosa, 2001).

B. Manajemen Pedet
Saluran pencernaan anak sapi muda berbeda dari sapi dewasa dan anak sapi tidak berfungsi sebagai ruminan sampai berumur beberapa minggu. Pada anak sapi kapasitas perut yang sebenarnya atau abomasum adalah 70 persen dari keempat perut, sedangkan pada anak sapi dewasa hanya 7 persen. Jika anak sapi menyusu, susu melewati rumen dan retikulum dan lewat langsung ke dalam perut yang sebenarnya atau abomasum, dan hanya jika anak sapi minum terlalu banyak setiap susu lewat ke dalam rumen. Rangsang bagi giatnya saluran lewat kerongkongan adalah adanya cairan di belakang mulut. Susu berjalan ke rumen anak sapi kecil mungkin mengental dan kemudian karena ruminasi belum dimulai, membusuk, menyebabkan gangguan pencernaan. Jadi adalah praktek yang lebih baik untuk memberi makan anak sapi sejumlah kecil susu pada selang waktu yang sering dibandingkan sejumlah besar pada selang waktu jarang (Williamson dan Payne, 1993).
Menurut Reksohadiprodjo (1995) penghilangan tanduk dapat dikerjakan ketika umur pedet satu-dua minggu dengan menggosok bungkul tanduk dengan kaustik sampai hampir berdarah, zat kaustik misalnya collodion. Penempelan dengan besi panas dilakukan kalau umur pedet 3-4 minggu. Kalau ada listrik, penempelan dengan setrika listrik paling efektif. Kalau zat kaustik digunakan untuk menghilangkan tanduk, jangan sampai pedet mencemarkan zat kaustik ke induk sapi, atau ke matanya misalnya karena hujan.
Kastrasi dapat dikerjakan dengan pisau (sterilisasi alat harus benar-benar dikerjakan), dengan alat penekan fuiculus, gelang karet ketika pedet berumur 2-3 minggu (10 hari paling baik, karena rasa sakit dan gangguan paling kurang). Alat kastrasi Burdizzo digunakan untuk segala umur, memutus saluran-saluran tanpa melukai kulit (Reksohadiprodjo, 1995).
Perut pedet belum berkembang sepenuhnya. Ia belum dapat memamah biak. Bila diberi rumput, rumput itu tidak dapat dicernakannya dengan baik. Tetapi susu dapat dicernakannya dalam perut besar tanpa dimamah biak. Maka susu adalah makanan yang baik untuk pedet. Tapi sering lembu tidak mengeluarkan banyak susu oleh karenanya pedet kekurangan susu. Sesudah itu diberi rumput sedikit semi sedikit. Perutnya telah berkembang dan ia mulai memamah biak. Waktu ia telah berusia 3 bulan, ia dapat mencernakan rumput dengan baik. Pedet tidak membutuhkan lagi susu induknya. Selanjutnya induknya dapat diperah. Dan pedet itu disapih karena sudah kuat mencernakan rumput sendiri. Umumnya sesudah berumur 6 bulan (LPPS, 1972).
Anak sapi dapat dipisahkan dari induknya segera sesudah lahir dan kemudian dipelihara sendiri. Anak sapi harus memperoleh kolostrum untuk beberapa hari pertama dan sesudah itu dapat diberi minum susu atau makanan pengganti lain susu. Cara lain, pedet dapat dipelihara penuh bersama induknya dan kemudian biasanya disapih pada umur 6-8 bulan (Mangkoewidjojo, 1988).
Penandaan pada ternak sapi merupakan suatu tindakan untuk memberikan tanda kepada ternak sapi secara sementara maupun permanen. Tujuannya sebagai ciri kepunyaan, perhitungan umur atau nomor. Penandaan ini berguna untuk pembibitan, perkawinan, penjualan ataupun tanda milik seseorang / perusahaan peternakan. Penandaan yang lazim dilakukan pada peternak sapi adalah :
1. Tanda telinga, terdiri dari :
a. Ear tag (tanda telinga plastik/logam dengan nomor)
b. Ear notch (tanda telinga dengan cara pengguntingan dalam bentuk v/u).
c. Ear punch (tanda telinga dengan cara perlubangan)
2. Cap bakar pada kulit dengan memakai besi panas
3. Tatto
4. Kalung leher
5. Tanda pada tanduk, biasanya memakai penomoran cat baker
6. Penandaan lain seperti gelang tali plastik atau pada gelambir.
(Santosa, 2001).

C. Manajemen Sapi Dara
Heifer atau sapi dara ialah sapi-sapi betina dengan umur sembilan bulan sampai beranak yang pertama kali, menurut fase pertumbuhannya, sapi dara merupakan kelompok sapi-sapi muda yang laju pertumbuhannya masih berlangsung terus. Masa memelihara sapi perah dara dari saat disapih sampai saat melahirkan pertama kali dibagi menjadi dua periode yaitu pertama dari disapih sampai mulai dikawinan dan kedua mulai dikawinkan sampai melahirkan pertama kali (AAK, 1995).
Di daerah beriklim sedang sapi dara dari bangsa sapi perah yang lebih kecil biasanya dikawinkan pertama kali kira-kira pada umur 15 bulan sedangkan bangsa yang lebih besar dikawinkan pertama kali sekitar umur 18 bulan sebagian besar dari sapi dara di daerah tropis terlalu kecil dan oleh karenanya terlalu muda untuk dikawinkan pada umur - umur ini dan oleh karenanya umumnya perkawinan pertama tidak terjadi sampai mereka lebih dewasa. Sehingga dianjurkan untuk mempergunakan berat hidup umur sebagai penentuan kapan sapi dara harusnya pertama kali dikawinkan. Berat hidup yang mencukupi adalah 200-225 kg untuk yang lebih kecil dan 290-315 kg untuk bangsa yang lebih besar (Williamson dan Payne, 1993).
Ketersedian air perlu diperhitungkan terlebih dahulu sebelum suatu usaha pemeliharaan sapi dimulai karena air merupakan suatu kebutuhan mutlak. Ketersediaan air diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air minum, pembersihan kandang atau halaman serta untuk memandikan sapi. Kebutuhan air minum dapat berasal dari air minum khusus yang sengaja disediakan pada bak-bak air, baik di padang penggembalaan maupun di kandang ataupun di halaman pengelolaan. Oleh karena itu cara penyediaan maupun cara pembeian memerlukan peralatan yang bagus (Santosa, 2001).
Jenis pakan penguat atau konsentrat adalah pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan kadar serat yang rendah. Pakan konsentrat meliputi susunan bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian dan beberapa limbah hasil proses industri bahan pangan bijian seperti jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, dan ubi. Untuk menjamin kebutuhan nutrisi ditambahkan pula sumber lain seperti tepung tulang, tepung ikan, vitamin dan lain-lain. Peranan pakan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996).
Mengenai rumput-rumputan ada yang tumbuh dengan sendirinya dan ada yang sengaja ditanam dan dipelihara untuk makanan ternak. Khusus bagi perusahaan peternakan yang memelihara ternak banyak, contohnya perusahaan susu (tempat pemerahan). Penanaman rumput ini (rumput unggul) biasanya disabit (dipotong) untuk diberikan makan di kandang sedang rumput liar selain disabit/dipotong juga digunakan tempat penggembalaan. Rerumputan meskipun juga dapat dimakan ternak tetapi kandungan zatnya kurang berarti. Namun juga banyak rerumputan yang dapat dimakan ternak dan mengenai zat yang terkandung sedang diteliti belum diketahui dengan seksama. Dari sebagian rerumputan itu dapat dipilih yang mempunyai kandungan zat tinggi untuk dipelihara sebagai makanan ternak yang unggul (Soeyanto, 1981).

D. Manajemen Sapi Dewasa
Periode kehamilan induk di daerah tropis berkisar antara 275 dan 278 hari. Sedangkan untuk periode birahi antara 8-24 hari. Sapi perah biasanya akan birahi kira-kira 30-60 hari sesudah beranak (calving). Di daerah tropis cara yang paling cocok untuk mengawinkan sapi induk pada periode birahi pertama sesudah beranak dan tidak lebih dari 6 hari sesudah melahirkan. Apabila dia tidak dikawinkan pada saat ini bukti-bukti yang tersedia mengatakan bahwa dia akan menjadi lebih sulit untuk mendapatkan anak (Williamson dan Payne, 1993).
Penentuan kebuntingan harus dijalankan secara teratur dan intervalnya harus cukup pendek, misalnya 30-40 hari sekali. Sapi-sapi yang telah dinyatakan bunting masih harus dicek lagi setelah 90-120 hari setelah pengecekan pertama. Hewan yang tidak kembali birahi dapat dengan pasti dinyatakan bunting atau mengidap suatu penyakit hormonal atau lain-lain kelainan (Partodiharjo, 1980).
Pada sapi semakin lama masa kering yang didapatkan semakin besar persistensi pada laktasi berikutnya. Memperpendek masa kering sebelum laktasi kedua akan memperendah produksi susunya sampai batas tertentu daripada memperpendek masa kering tersebut sebelum laktasi yang akan datang. Hal ini dapat diterangkan pertumbuhan yang lebih besar dari tubuh dan kelenjar susu yang terjadi sebelum laktasi kedua daripada kemudian berikutnya. Setelah sapi dikeringkan untuk persiapan kelahiran berikutnya maka kelenjar susunya tetap mengeluarkan cairan yang sama seperti kolostrum dan yang terutama kaya akan globulin. Selama dua minggu terakhir terdapat kenaikan yang hebat dalam globuler-globuler tersebut (Anggorodi, 1979).
Sapi betina biasanya birahi lagi 30-60 hari sesudah melahirkan pedetnya. Di daerah tropik sapi kawin lagi 30 hari sesudah beranak tidak lebih dari 60 hari. Biasanya sapi betina steril didalam kelompoknya yang berumur 10 tahun adalah sebanyak 3-5 %, makin tua sapi prosentase ini makin baik. Sapi yang beranak secara teratur dengan interval 12 bulan harus dikeringkan selama 2 bulan. Periode kering memungkinkan kelenjar air susu sapi beristirahat dan mengganti sel-selnya dan tubuh hewan dapat membangun cadangan makanan yang berguna bagi laktasi berikutnya (Reksohadiprodjo, 1995).
Pada proses kelahiran anak sapi kadang-kadang kita jumpai adanya kesulitan beranak (distokia) yang sangat membahayakan induk bahkan pedetnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi distokia antara lain adalah :
- Umur induk, sangat besar pengaruhnya terhadap kesulitan beranak dalam hal ini berhubungan dengan saluran peranakan (birth canal).
- Bangsa, sangat berpengaruh nyata terhadap terjadinya distokia.
- Jenis kelamin, berat lahir pedet pejantan rata-rata 1,5 – 3 kg lebih tinggi dibanding pedet betina.
- Lama bunting, fetus dalam kandungan perut induknya selalu berkembang, perkembangan terakhir dengan pertambahan berta badan rata-rata 1 – 1,5 pound/hari bahkan kadang lebih.
- Makanan, kelebihan makanan biasanya adalah diubah menjadi lemak sehingga seperti tampak gemuk.
- Posisi pedet, menurut penelitian dari seluruh proses kelahiran pada sapi kira-kira 4 - 5 % terjadi kelahiran abnormal dengan letak fetus tidak semestinya.
Sistem perkawinan sapi perah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu perkawinan alam dan perkawinan buatan. Pada perkawinan alam seakan pejantan memancarkan sperma langsung ke alat reproduksi betina. Sedangkan perkawinan buatan atau AI ialah suatu cara perkawinan dimana sperma dikumpulkan (disadap) dari pejantan untuk dirawat atau disimpan dalam kondisi terbentuk di luar tubuh hewan, kemudian dengan pertolongan suatu alat semen itu dimasukkan ke dalam alat kelamin betina. Jadi proses dari perkawinan ini meliputi pengumpulan sperma (semen) perawatan sperma dan memasukkan sperma ke dalam alat reproduksi betina (AAK, 1982).
Seorang peternak harus mengetahui kapan ternak-ternak di dalam kelompok ternaknya mulai bunting. Setiap tahun biasanya terjadi banyak kerugian akibat pemotongan hewan ternak yang bunting. Indikasi kebuntingan yang sederhana dan cukup efektif, ialah ternak tersebut dinyatakan bunting jika setelah ±45 hari setelah perkawinan tidak birahi kembali, tetapi tidak diketahui oleh pemilik dan anggapan bahwa ternak tersebut telah bunting sama sekali keliru. Sebaliknya dapat pula terjadi bahwa ternak birahi kembali meskipun sebenarnya ia telah bunting. Cara yang paling umum untuk menyidik kebuntingan ialah melalui palpasi rektal, dan seseorang yang telah berpengalaman dapat menyatakannya dengan ketepatan yang tinggi mengenai status dan umur kebuntingan (Pane,1993).

E. Manajemen Kesehatan
Sapi yang akan diperah harus dalam keadaan bersih. Tempat dan peralatan yang bersih akan percuma kalau sapi itu kotor. Semua kotoran pada tubuh sapi akan mengotori air susu sehingga mudah rusak. Hanya sapi-sapi yang bersihlah yang akan menghasilkan air susu yang sehat. Itulah sebabnya sapi-sapi yang akan diperah harus dimandikan terlebih dahulu, paling tidak bagian tubuh tertentu seperti pada lipatan paha, ambing dan puting (AAK, 1995).
Radang ambing merupakan radang infeksi yang berlangsung secara akut, subakut maupun kronik. Radang ambing ini ditandai dengan kenaikan sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai dengan perubahan patologis atas kelenjarnya sendiri (Subronto, 1993).
Mastitis adalah suatu peradangan pada ambing yang bersifat akut atau menahun dan terjadi pada semua jenis mamalia. Pada sapi penyakit ini sering dijumpai pada sapi perah dan disebabkan oleh berbagai jenis kuman/ mikoplasma. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya infeksi terutama yang ditimbulkan oleh kesalahan manajemen dan higiene pemerahan yang tidak memenuhi standart. Dalam periode tertentu secara rutin perlu dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya mastitis sub-klnis dengan melaksanakan CMT (California Mastitis Test). Pengobaan dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik dengan kuman yang menginfeksi dan disarankan agar dilakukan pula sensitivitas terhadap kuman. Berbagai jenis bakteri yang telah diketahui sebagai agen penyabab penyakit mastitis antara lain: Streptococcus agalactiae, Streptococcus disgalactiae, Streptococcus uberis, Streptococcus zooepidemicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan pseudomonas aeruginosa. Dalam keadaan tertentu dijumpai pula Mycoplasma sp. dan Nocardia asteroides (Akoso, 1996).
Milk fever yang terjadi pada sapi perah disebabkan karena adanya gangguan metabolisme mineral. Peranan glandula tak bersaluran pituitary, pada thyreoidea dan ovaria menentukan terjadinya penyakit ini terutama pada ternak berproduksi air susu tinggi pada periode laktasi ketiga atau sampai kelima yang menerima ransum dengan protein tinggi dan kondisi sapi sebenarnya dalam keadaan baik. Banyak kejadian terjadi pada 3 hari pertama setelah melahirkan (Reksohadiprodjo, 1984).
Penularan Brucellosis dapat terjadi melalui pencernaan makanan yang bercampur dengan Brucellosis. Media yang dapat membawa penyakit adalah jerami, konsentrat, air minum, lantai kandang, kotoran kelamin, selaput fetus atau fetus. Infeksi dari induk bisa melalui plasenta sebelum lahir atau melalui air susu setelah lahir tetapi penularan ini tidak selalu menyebabkan penyakit pada anak dan biasanya akan menghilang beberapa minggu kemudian karena adanya imunitas yang pasif (Hardjopranjoto, 1995).
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit menular antara lain :
1. Menghapus hama kandang dan peralatan lainnya. Semua kandang dan yang hargamnya relatif murah seperti bahan-bahan dari jerami, kertas dan lain-lain harus dibakar. Untuk benda-benda yang harganya mahal sebaiknya disucihamakan saja.
2. Membakar bangkai hewan ternak. Semua hewan ternak yang mati akibat penyakit menular, yang menurut ketentuan undang-undang harus dibakar, maka perlu dibakar.
3. Mengubur bangkai. Bila keadaan tidak mamungkinkan, karena tidak ada bahan bakar, sebaiknya bangkai dikubur saja, dengan ketentuan liang kubur tidak boleh kurang dari 2 m dalamnya.
4. Menghapus hama orang dan hewan. Bagi orang-orang serta hewan yang terkena penyakit menular dapat dicuci dengan menggunakan sabun dan air hangat, kemudian digosok dengan obat-obatan desinfektan seperti : kreolin, lysol, karbol, dan lain-lain (Girisonta, 1974).

F. Kandang dan Peralatan
Hampir selama hidupnya sapi perah berada dalam kandang. Hanya kadang-kadang saja sapi perah dibawa ke luar kandang. Oleh karena itu kandang bagi sapi perah tidak hanya bersifat sebagai tempat tinggal saja, akan tetapi juga harus dapat memberi perlindungan dari segala aspek yang mengganggu. Dengan perkataan lain, kandang harus dapat mengeliminir segala faktor luar yang dapat menimbulkan gangguan pada sapi perah yang berada di dalamnya. Di samping faktor luar tadi, hal-hal lainnya yang menyangkut pembuatan kandang perlu diperhatikan (Siregar, 1992).
Kandang merupakan tempat ternak melakukan segala aktivitas hidupnya. Kandang yang baik adalah sesuai dengan persyaratan kondisi kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Persyaratan umum perkandangan adalah sebagai berikut:
1. Sinar matahari cukup dan mendapat sinar matahari, sehingga kandang tidak lembab. Sinar matahari pada pagi hari tidak terlalu panas dan mengandung sinar UV yang berfunsi sebagai desinfektan, dan pembentukan vitamin D
2. Lantai kandang selalu kering. Kandang yang lantainya basah apabila berbaring maka tubuhnya akan basah yang dapat mengaggu pernapasan
3. Tempat pakan yang lebar sehingga sapi mudah untuk mengkonsumsi pakan
(Sasono et al., 2009).
Bahan atap yang biasa digunakan adalah genting, seng, asbes, rumbai, alang- alang (ijuk). Untuk bahan genting biasanya menggunakan bahan yang mudah didapat dan harganya lebih efisien. Dari beberapa macam bahan yang bayak digunakan adalah genting, karena terdapat celah- celah sehingga sirkulasi udara cukup baik, apabila menggunakan bahan seng untuk atap dibuat tiang yang tinggi agar panasnya tidak begitu berpengaruh terhadap ternak ( AAK, 2009).
Susu hasil pemerahan ditampung dengan wadah khusus, wadah yang dapat digunakan dapat berupa ember plastik yang dikhususkan untuk menampung susu. Setelah selesai susu dapat dimasukkan ke dalam can susu. Biasanya peternak menuangkan susu ke dalam can sambil disaring dengan kain bersih. Susu harus segera dimasukkan ke dalam lemari pendingin, jangan menyimpan susu (Rasyaf, 1996).
Kebersihan alat-alat termasuk disini ember susu, kaleng susu (milk can), botol susu. Alat penyaring sebelum dipakai harus dicuci yang bersih adapun caranya mula-mula alat–alat tersebut dicuci dengan air dingin atau hangat untuk menghilangkan bekas susu yang menempel kemudian dicuci air sabun yang hangat dengan disikat untuk menghilangkan lemak, seterusnya dibilas dengan air biasa dan dikeringkan dengan menempatkannya pada tempat yang langsung kena sinar matahari (Sasongko, 1986).

G. Kamar Susu, Perlengkapan dan Perlakuan Susu
Sistem bucket adalah salah satu pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain, cocok digunakan peternakan kecil, susu ditampung di bucket yang terdapat di setiap mesin. Setelah susu hasil pemerahan setiap ekor spi ditakar terlebih dahulu kemudian dituang ke tangki pendingin (Siregar, 1992).
Semua susu harus disaring segera setelah pemerahan selesai. Alat saring yang khusus merupakan alat yang paling efisien dan bersih untuk keperluan ini, oleh karena itu saringan ini dibuang setelah dipakai. Bagaimanapun juga jenis kain yang cocok dapat dipakai asalkan sering-sering diganti dan dicuci dengan baik serta disterilkan setelah dipakai. Segera setelah sapi selesai diperah bakteri dalam susu mulai berkembang. Pendinginan dengan segera dari susu akan sangat mengurangi perkembangan bakteri (Williamson, 1993).
Saringan atau filter merupakan salah satu proses pembersihan susu. Susu harus disaring di ruangan dimana tidak terlalu banyak debu. Jika sudah melakukan pemerahan dengan bersih, filter akan tetap bersih. Tujuan penyaringan tidak untuk membersihkan susu kotor. Saat pemerahan harus dihasilkan susu bersih, penyaringan hanya sebagai penanganan (Soetarno,2000).
Suatu produk susu yang steril mempunyai beberapa ciri yang menarik, yaitu tidak membutuhkan penyimpanan dalam lemari es, serta dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Metode-metode biasa dipakai untuk sterilisasi bahan makanan ternyata tidak memuaskan untuk sterilisasi susu. Namun, telah dikembangkan teknik-teknik komersial untuk sterilisasi susu yang memanaskan susu pada suhu ultra tinggi dalam waktu yang singkat (Pelczara dan Chan, 1988).
Susu segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar. Hal ini disebabkan seperti susu segar yang sangat mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar susu segar dapat terjual dengan kualitas baik sebagai berikut:
1. peralatan yang digunakan untuk menampung susu segar baik berupa ember perah harus dalam keadaan bersih. Jika peralatan bersih, unur susu segar bisa mencapai 3 jam, setelah itu susu akan rusak atau asam.
2. Sebelum dimasukkan ke dalam milk can, susu harus disaring dahulu agar bulu sapi dan vaseline yang tercampur dengan susu tidak terbawa masuk ke dalam wadah.
3. Waktu pengiriman dihitung pasa saat susu selesai diperah hingga susu tiba di konsumen.
4. Pendinginan susu dengan suhu 40 C agar lebih tahan lama jika suhu lebih dari 40 C, bakteri mudah berkembang biak (Sudono, et all, 2003).
Sebuah kamar susu mutlak diperlukan, apakah sapi diperah dengan tangan atau dengan mesin. Jika sapi diperah dengan tangan atau diperah mesin dengan penampungan terendiri, maka diperlukan sebuah kamar yang menempel dengan kamar perah. Kamar ini hendaknya terletak pada tempat yang bertentangan dengan arah angin yang menuju tempat makanan. Bila sapi diperah dengan mesin perah dengan system pipa maka kamar susu hendaknya terletak pada ujung pipa oleh karena release (pembebas susu) harus berada dalam kamar susu, demikian juga dengan alat-alat yang berhubungan dengan tempat penyimpanan susu (Williamson dan payne, 1993).
Pasteuerisasi adalah proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat di dalam air susu. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan memanaskan air susu pada suhu tertentu. Pada garis besarnya ada 2 macam pasteurisasi yang biasa dilakukan, yakni:
-Temperatur rendah dalam waktu yang lama yaitu 720 C selama 30 menit.
-Temperatur tinggi dalam waktu yang singkat yaitu 800 C selama 3 detik.
(AAK, 1995).



H. Penanganan Feses
Limbah sapi dapat berupa kotoran/feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi yang dijadikan kompos atau pupuk organik banak diminati masyarakat. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan (Sudono, 2003).
Tinja atau feses ternak dapat dikelola dengan baik untuk tujuan yang bermanfaat misal untuk pembuatan pupuk, makanan ikan serta dapat pula dimanfaatkan sebagai energi bio gas. Gas bio adalah campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen. Campuran gas yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut adalah methan, karbondioksida, nitrogen, karbon monoksida, oksigen, propan, hidrogen sulfida dan sebagainya (Jauhari, 1986).
Kotoran sapi bila didekomposisi dengan stardec yang mengandung mikroorganisme cell akan menghasilkan pupuk organik disebut sebagai fine compost. Fine compost akan menyuplai unsur hara yang ddiperlukan tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah. Hasilnya, biaya produksi lebih rendah dan produksi meningkat. Stardec dihasilkan LHM (Lembah Hijau Multifarm), bertujuan sebagai salah satu upaya membantu tercapainya keseimbangan, serta membuat limbah-limbah yang tidak berguna menjadi berdaya guna dan berdaya hasil. Limbah seperti kotoran ternak dan blotong pabrik gula yang diolah dengan stardec mampu menciptakan sebuah solusi untuk meningkatkan martabat alam yang seimbang (Trobos, 2001).
Biogas diproduksi bakteri dari bahan organik di dalam kondisi hampa udara (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi. Gas tersebut sebagian besar terdiri dari CH4 dan CO2. Campuran gas ini mudah terbakar jika kadar methane yang terkandung mencapai lebih dari 50%. Biogas yang berasal dari kotoran ternak kira-kira berisi 60% methane (Sasse, 1992).
Pengambilan kotoran ternak sapi perah sebaiknya dilakukan di pagi hari. Pengambilan kotoran pada pagi hari memiliki beberapa keuntungan, yaitu segera tercipta lingkungan yang bersih dan pemerahan susu dilakukan pada kondisi lingkungan bersih sehingga kebersihan susu lebih terjamin. Cara pengambilan kotorannya biasanya dilakukan dengan mengguyur kotoran yang berserakan dengan air kearah parit. Selanjutnya dari selokan ini kotoran digiring ke satu bak penampungan. Setelah itu, kotoran ini diambil dengan serok untuk disimpan di tempat penampungan. Jika jumlah sapinya tidak banyak, pengambilan juga dapat dilakukan langsung dengan menyerok kotoran yang berserakan di lantai (Setiawan, 1996).

I. Hambatan dan Kendala serta Pemecahan
Keberhasilan suatu peternakan tergantung kepada tata laksana yang dilakukan. Tanpa tata laksana yang teratur dan baik produksi yang dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, bahkan suatu kerugian dan kehancuran yang cukup besar akan senantiasa mengancam, peranan manajer dalam suatu usaha perusahaan peternakan sangat menonjol / kehadiran tenaga terlatih yang sangat terampil melakukan segala tata laksana peternakan disertai penataan perlengkapan dan peralatan. Perusahaan peternakan yang disesuaikan dengan faktor fisik dan ekonomi akan menentukan keberhasilan tujuan tersebut (Santosa, 2001).
Rendahnya produksi air susu sapi didaerah tropik disebabkan interaksi faktor-faktor klimat, penyakit, pemuliaan pakan dan pengelolaan. Pengaruh klimat terhadap produksi air susu sangat bergam karena klimat sendiri merupkan faktor yang dipengaruhi hal-hal yang kompleks dan bervariasi luas didalam daerah tropik itu. Ketinggian tempat yang sedang dan tinggi berklimat baik untuk sapi. Sapi perah yang tidak begitu terpengaruh stress sehingga sapi masih dapat berproduksi dengan memadai. Klimat secara langsung dan tak langsung mempengaruhi produksi air susu dan industri air susu, terutama dalam hal–hal pengaruh terhadap persediaan pakan, timbulnya penyakit ternak dan terhadap transpor dan penyimpanan air susu dan bahan (Wiliamson dan Payne, 1993).
Penanaman pakan ternak menghadapi beberapa kendala yaitu memerlukan investasi lahan yang mahal, pemeliharaan tanaman yang tidak murah, pengangkutan hijauan dari lokasi ke farm secara rutin setiap hari, hasil panen berfluktuasi tergantung musim dan penyimpanan dalam bentuk silase yang mahal. Untuk itu telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian baik dengan cara fisik, kimiawi maupun biologi. Tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya memerlukan investasi yang mahal, secara kimiawi meninggalkan residu yang berefek buruk, sedangkan cara biologi memerlukan peralatan yang mahal karena kondisinya harus anaerob dan hasilnya yang berbau amonia menyengat kurang disukai (Anggorodi, 1979).
Susu saat diperah dimasukkan ember penampung memiliki kelemahan karena kualitasnya akan berkurang. Ini terjadi karena susu sudah terbuka pada situasi lingkungan kandang yang ada saat itu. Hal pertama susu akan mengandung lemak tidak jenuh dan susu siap menangkap segala hal yang saat itu memang keberadaannya dominan, seperti bebauan yang mencolok. Hal kedua ialah pada saat terbuka bakteri yang memang sudah ada di lingkungan tersebut akan masuk dan merusak susu (Rasyaf, 1996).
Ada beberapa permasalahan yang menyebabkan pengembangan sapi perah di Indonesia mengalami kelambanan walaupun populsi sapi perah meningkat pesat, diantaranya yaitu :
1. Permintaan akan komoditi susu segar tidak menunjukkan peningkatan yang pesat walau peningkatan akan komoditi protein hewani telah mengalami peningkatan yang sangat pesat.
2. Kurangnya tenaga inseminatorpada daerah tertentu, dimana di daerah tersebut banyak peternak sapi perah yang menginginkannya.
3. Sebagai akibat perkembangan ternak perah, maka daerah sekitar lokasi peternakan akan mengalami kekurangan rumput gajah (rumput hijau) yang merupakan sumber makanan bergizi bagi ternak sapi-sapi perah.
4. Masalah penyakit yang dapat menyerang ternak sapi perah.
5. Tidak semua peternak dapat memasarkan hasil produksinya dengan baik dan lancar
(Siregar,1992).
Ada beberapa hal yang sering menimbulkan hambatan bagi usaha ternak sapi perah, antara lain :
1. Iklim. Negara kita yang beriklim tropis sehingga sering mengalami temperatur yang membumbung tinggi sehingga merupakan suatu hal yang sangat bertentangan dengan kehidupan sapi perah.
2. Permodalan. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau pegunungan terhalang oleh permodalan finansial dan skill kurang walaupun temperatur memungkinkan usaha sapi perah.
3. Pemasaran yang belum maju, sebab produksi susu di dalam negeri mendapat saingan berat dengan susu kaleng, daya beli rakyat yang masih rendah, dan higiene produksi air susu dari peternak rakyat kurang sempurna.
4. Kekurangan tenaga ahli.
5. Komunikasi (sarana angkutan) yang sulit.
(AAK,1995).
1. Kandang pedet menggunakan Perusahaan sapi perah “ Umbul Jaya “ didirikan pada tahun 1960 dengan modal awal 5 ekor sapi perah PFH laktasi hingga kini berjumlah 48 ekor dan luas kandang + 400 m2.
2. Stuktur organisasi, job diskripsi dan jaminan kesejahteraan karyawan di perusahaan sapi perah “ Umbul Jaya “ tidak ada.
3. Lokasi perusahaan dan tata letak perkandangan cukup bagus.
4. Pemberian kolostrum pada pedet dilakukan setelah pedet dilahirkan sampai umur 7 hari selanjutnya diberi susu segar dari induk.
5. Kandang berlantai semen dengan sistem koloni dengan ukuran 5 x 6 m2.
6. Sapi dara adalah sapi yang berumur 9 bulan sampai dengan sapi itu beranak pertama kali.
7. Sapi dewasa dicapai pada umur 15 – 18 bulan.
8. Masa laktasi sapi perah adalah + 7 bulan.
9. Rata-rata produksi susu total / hari : 140 liter, sedang perekor/hari adalah 5-7 liter.
10. Pemasaran susu langsung ke konsumen tanpa mendapatkan perlakuan.
11. Pemandian ternak dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari sebelum dilakukan pemerahan.
12. Penyakit yang pernah dialami adalah mastitis, diare, dan kembung.
13. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara perioik oleh dinas setiap 6 bulan sekali.
14. Peralatan kandang adalah tempat pakan dan air minum, ember penampung susu, wadah susu, alat penyaring susu dan peralatan tambahan meliputi; sapu lidi, pemotong rumput, keranjang rumput, selang air, sikat, garuk, cangkul, dan timbangan.
15. Kamar susu berfungsi untuk menyimpan dan mengelola susu sebelum dipasarkan.tetapi disini belum dimanfaatkan.
16. Kotoran ternak belum dimanfaatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar